Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 April 2011

TAFSIR MUQARAN

TAFSIR MUQARAN


I. PENDAHULUAN
Nabi Muhammad bukan hanya bertugas menyampaikan al-Qur’an melainkan sekaligus menjelaskannya kepada umat sebagaimana ditegaskan di dalam surat an-nahl ayat 44
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ (النحل : 44)
Artinya :"Dan kami turunkan kepadamu al dikr agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka."
Kecuali dari penafsiran nabi SAW. Ayat-ayat tertentu juga berfungsi menafsirakan ayat yang lain. Ada yang langsung ditunjuk oleh nabi bahwa ayat tersebut ditafsirkan oleh ayat lain (tafsir bil ma’tsur) dan ada pula yang ditunjuk oleh ulama berdasarkan ijtihad (tafsir bil ra’yi)
Dengan berkembangnya zaman, maka berkembang pula lah metode-metode yang digunakan oleh para mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an, sehingga tidak bisa dihindari adanya perbedaan-perbedaan dikalangan mufasir dalam menafsiri suatu ayat yang sama.
II. PERMASALAHAN
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang tafsir muqaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya, yaitu antara lain:
A. Pengertian tafsir muqaran
B. Metode tafsir muqaran
C. Contoh tafsir muqaran
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian tafsir muqaran
Metode tafsir muqaran yaitu metode yang ditempuh seorang mufasir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. melalui cara ini mufasir mengetahui posisi dan kecenderungan para mufasir yang sebelumnya yang dimaksud dalam obyek kajian.
Menurut Al Farmawi tafsir muqaran ialah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan apa yang telah ditulis oleh sejumlah mufasir.
B. Metode tafsir muqaran
Dari berbagai literatur dapat dirangkum bahwa uang dimaksud metode komperatif ialah:
1. Mengidentifikasi dan menghimpun ayat-ayat beredaksi mirip dalam al-qur’an, sehingga diketahui mana yang mirip dan mana yang tidak.
2. Membandingkan ayat-ayat yang beredaksi mirip itu, yang membicarakan satu kasus yang sama, atau dua kasus yang berbeda dalam satu redaksi yang sama.
3. Menganalisa perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi yang mirip, baik perbedaan tersebut mengenai konotasi ayat, maupun redaksinya sepertinya berbeda dalam menggunakan kata dan penempatannya dalam satu ayat.
4. Membandingkan pendapat para mufassir tentang ayat yang menjadi bahasan.
1) Mengidentifikasi dan menghimpun ayat-ayat beredaksi mirip
Langkah pertama yang harus diterapkan oleh mufasir dalam proses menafsirkan ayat-ayat yang beredaksi mirip ialah melakukan identifikasi terhadap ayat-ayat al-qur’an yang berjumlah lebih dari 6000 ayat yang berkategori mirip dan mana pula yang bukan. Pengidentifikasian ini diperlukan supaya jelas kata-kata yang akan di kaji dan tampak permasalahannya.
Cara memilah ayat-ayat tersebut ialah dengan menelusuri al-qur’an ayat demi ayat dari awal sampai akhir. Lalu bila ditemukan suatu ayat yang dianggap mempunyai kemiripan dengan ayat lain, maka ayat itu dicatat di dalam sebuah tabel yang sudah disediakan. Selanjutnya redaksi ayat-ayat yang mempunyai kemiripan itu dipilah lagi untuk menentukan jenis kemiripan yang terkandung di dalamnya, apakah ada kemiripan lafal atau makna.
Untuk melakukan kategorisasi terhadap redaksi-redaksi tang mirip itu didasarkan pada terhadap kriteria-kriteria berikut :
• Suatu redaksi baru dapat dianggap mirip dengan redaksi yang lain jika keduanya membicarakan satu kasus yang sama dengan memakai susunan kata, kalimat, dan tata bahasa yang sama.
• Redaksi sama membicarakan dua kasus yang berlainan.
• Redaksi persis sama diulang satu kali atau lebih, namun pengulangan itu mengandung maksud tertentu yang tak ada pada redaksi serupa yang terletak sebelumnya .
2) Perbandingan redaksi yang mirip
Memperbandingkan redaksi yang mirip ialah meneliti redaksi-redaksi yang serupa dari ayat-ayat al-qur’an untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya.
Untuk membuat perbandingan diantar redaksi-redaksi yang mirip itu, paling tidak ada dua pendekatan yang perlu digunakan oleh mufasir yaitu :
• Pendekatan linguistik
Linguistik yang dimaksud disini ialah linguistik bahasa arab. Mufasir harus menggunakan pendekatan linguistik ini karena al-qur’an diturunkan dalam bahasa arab. Karena itulah maka ilmu-ilmu bahasa arab perlu dikuasai dengan baik seperti nahwu, sharaf, balaghah dan lain-lain.
• Pendekatan ilmu qiraat
Pendekatan yang kedua ini ialah memperbandingkan redaksi yang mirip yaitu qiraat “ Perbedaan lafal-lafal wahyu dalam penulisan huruf atau cara pengucapannya seperti tipis, tebal, dan lain-lain”.
3) Analisa redaksi yang mirip
Tahap ini merupakan lanjutan dari apa yang sudah diperbandingkan sebelumnya dalam tahap kedua. Atau boleh juga disebut, tahap ketiga ini dengan analisis perbandingan : artinya perbandingan-perbandingan yang telah dilakukan sebelumnya, disini di analisis lebih mendalam dan detail, sedang dalam tahap perbandingan redaksi hanya sekedar mencari dan menunjukkan persamaan dan perbedaan diantara kedua redaksi yang mirip atau lebih.
Dengan dilakukan analisis terhadap redaksi yang mirip, maka mufasir dapat memahami sebab yang menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat yang beredaksi mirip.
4) Perbandingan pendapat para mufasir
Langkah terakhir dalam metode penafsiran ayat-ayat yang beredaksi mirip iti ialah meninjau pendapat mufasir berkenaan dengan penafsiran ayat-ayat tersebut. Penafsiran mereka dibandingkan dan di analisis secara rinci sehingga dapat diketahui aliran-aliran yang mereka anut, keahlian yang mereka miliki, dan sebagainya yang menyangkut dengan identitas mereka .
Untuk maksud ini mufasir muqarin perlu menelaah berbagai kitab tafsir baik yang klasik maupun yang ditulis belakangan guna mendapatkan informasi yang memadai berkenaan dengan penafsiran ayat-ayat yang sedang dibahasnya.
Dalam menelaah kitab-kitab tafsir itu, yang menjadi pusat perhatian adalah pola penafsiran yang diterapkan oleh pengarangnya apakah bertolak dari kaidah bahasa, ilmu qiraat, munasabat ayat, dan lain-lain. Jika jawabanya “ya” iu berarti mufasirnya cenderung pada hal-hal yang disebutkan itu, sekaligus kemungkinan besar dia seorang yang ahli dalam bidang-bidang tersebut. Setelah diketahui kecenderungannya, lalu diperhatikan pula aliran-aliran yang dianutnya dalam bidang bahasa dan dalam bidang qiraat.
Dengan menganalisis berbagai penafsiran ulama, maka mufasir muqarin akan memperoleh gambaran yang luas sekali mengenai penafsiran satu ayat. Dengan demikian, ia tidak apriori menerima atau menolak suatu tafsir. Cara berfikir serupa ini akan menumbuhkan sikap hati-hati dalam dirinya ketika menafsirkan ayat-ayat al-qur’an .
C. Contoh tafsir muqaran
1. Menghimpun redaksi yang mirip

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلاَدَكُم مِّنْ إمْلاَقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْْ......(الانعام : 151)
وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُم (الاسراء : 31)

2. Perbandingan redaksi yang mirip
Jika diperbandingkan kedua redaksi ayat diatas, maka di dalam kemiripannya, terdapat sedikit perbedaan. Kalau pada ayat pertama termaktub kalimat من املاق Maka pada ayat kedua lafal من ditiadakan, dan sebagai gantinya, di tempat itu dicantumkan kata خشية sehingga kalimatnya menjadi خشية املاق perbedaan kedua terlihat pada penempatan kata ganti orang kedua كم dan kata ganti orang ketiga ايا هم pada ayat pertama كم terletak sebelum ايا هم sementara pada ayat kedua kebalikannya, yakni ايا كم terdapat sesudah . هم
3. Analisis redaksi yang mirip
Apabila diperhatikan dengan seksama terjadinya perbedaan letak kedua kata ganti itu, erat hubungannya dengan kalimat sebelumnya. Di dalam ayat sebelumnya, misalnya sebelum نرزقكم وايا هم terdapat kalimat من املاق yang menurut para mufasir memberikan indikasi bahwa kemelaratan telah terjadi yang membuat orang tua (ayah ibu) cemas atas keselamatan diri dan anak-anak mereka. Dari itulah Allah mendahulukan kata ganti كم yang ditujukan kepada orang tua, dari pada kata ganti yang ditujukan kepada anak-anak di dalam redaksi نرزقكم وايا هم dengan demikian mereka merasa diperhatikan lebih dari anak-anak mereka karena di dalam ayat itu Allah menyatakan dengan tegas : Kamilah yang akan memberi mereka rizki dan jug anak-anak mereka jadi yang menjadi titik perhatian di sini ialah mereka (orang tua) bukan anak-anak.
4. Perbandingan pendapat para mufasir
Berkenaan dengan penempatan kedua kata ganti itu, terdapat dua versi yang berbeda. Pertama menafsirkan langsung maksud yang terkandung di dalam ayat itu tanpa membicarakan perbedaan letak kedua kata ganti tersebut : hingga seakan-akan mereka yang menjadi pola ini mengabaikan begitu saja. Versi kedua mereka membahas perbedaan penempatan kedua kata ganti itu boleh disebut sepakat mengatakan bahwa penempatan كم sebelum ايا هم di dalam ayat pertama ialah karena yang menjadi titik perhatian di dalamnya adalah para orang tua : sebaliknya pada ayat kedua, kasus anak didahulukan. Itulah sebabnya di dalam ayat kedua itu didahulukan lafal هم dari pada ايا كم sebagaimana telah di jelaskan di dalam analisis redaksi di muka.
IV. KESIMPULAN
Metode tafsir muqaran yaitu metode yang ditempuh seorang mufasir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. Menurut Al Farmawi tafsir muqaran ialah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan apa yang telah ditulis oleh sejumlah mufasir.
Tafsir muqaran mempunya 4 metode, yaitu: Mengidentifikasi dan menghimpun ayat-ayat yang mirip, Perbandingan redaksi yang mirip, Analisis redaksi yang mirip, Perbandingan pendapat para mufasir.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun kami sadar dalam pembuatan makalah ini pasti ada kekurangannya. Untuk itu saran dan kritik selalu kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA
Dr. Abdul Mu’in, Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta; 2005
Dr. Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’iy, Raja grafindo Persada, Jakarta:a1996
Nasrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 2002
Dr. Said Agil Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press, Jakarta; 2005

2 komentar:

bisa2aja mengatakan...

Menyimak dulu za..
Lanjutkan.:)

abdul mengatakan...

Silakan.. Lama gk kebuka ni ;-)

Posting Komentar

 
Powered by Blogger